RSS
Tampilkan postingan dengan label SASTRA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SASTRA. Tampilkan semua postingan

PUISI SELAMAT JALAN AYAH

 SELAMAT JALAN AYAH

Oleh : G. Sukaton

 

Besok adalah hari kemerdekaan negara ini

Lagu kebangsaan sudah berdentang-dentang di pelosok pertiwi

Dan bendera merah putih berkibar-kibar di langit negeri

Tapi engkau ditakdirkan untuk pergi meninggalkan semua yang engkau cintai

 

Malam belum larut dan untaian dzikir ku masih menderas

Saat kulihat dadamu tak mampu lagi menghela nafas

Karena detak waktu sudah berhenti dan masa pun tuntas

Meski kerinduan mu di ujung waktu jadi rahasia tak berbalas

 

Jangan kau risaukan kami yang masih di dunia

Segala rasa sakit dan pengorbanan mu tak akan sia-sia

Menjadi bekal berharga di perjalanan mu menghadap pada Nya

Selamat jalan Ayah, doa kami akan terus melambung menembus masa

 

Bogor, 23 Agustus 2021

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PUISI SENANDUNG UNTUK AYAH

 SENANDUNG UNTUK AYAH

Oleh : G. Sukaton

Photo G. Sukaton
Photo : G. Sukaton

Akhirnya engkau pergi juga

Menyusuri tepi malam menyusul belahan jiwa

Yang tentu menunggu mu di tepi masa tak terpeta

Ku antar engkau dengan dzikir lirih dan untaian doa

Ma’assalaamah fii amaanih wahai ayahanda


Sosokmu telah mewarnai setiap relung di beranda jiwaku

Sejatinya engkau adalah pengantin yang segera berbulan madu

Meniti kembali gugusan waktu-waktu yang tertinggal dimasa lalu

Ya Rahim, pertemukan lah kembali ayahanda dengan ibu di dalam taman syurga Mu

Seperti di bumi Mu, dahulu mereka pertama kali bertemu 


Berikan ampunan Mu ya Ghofur sesudah maut menjemput, 

selamatkan dari gejolak jahanam yang gelapnya bagai malam yang pekat

mudahkan hisab nya ketika segala amal Engkau hitung dengan cepat.

Ya Rahman, rahmatilah, bebaskan dan lepaskanlah ayahanda dengan selamat

Muliakanlah dia dan  lapangkan kuburnya dari adzab yang berat. 


Luaskan jalan masuk menuju Mu, Sucikan dia dengan air jernih menyejukan, 

bersihkan dia dari segala alfa menjadi seputih kafan, 

bersihkan dari segala kotoran dunia yang mungkin terbawa karena kelalaian, 

gantilan rumahnya dengan rumah yang lebih baik dikeabadian, 

keluarga yang lebih baik, dari yang kini dia tinggalkan, 


Gembirakan  ayahanda dengan senyum ibunda yang pernah menemaninya dengan sabar

di didalam roudhatul jannah dimana dibawahnya sungai abadi mengalir

lindungilah dia dari pedihnya adzab serta fitnah kubur 

jauhkanlah ayahanda dari lautan huthomah yang membakar

kabulkanlah ya A’zizul Ghoffar 



Harjasari, 14 Juni 2021


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Puisi G. Sukaton, Dunia berada di ujung Telunjuk anak ku


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

G. SUKATON BACA PUISI




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AKU TAK BISA LAGI TERTAWA



Aku tak bisa lagi tertawa
saat badut-badut berdasi bergaya dilayar kaca
Karena anggaran pendapatan belanja Negara yang buntu dijawab oleh
agen-agen penyalur pembantu , penghinaan atas harga diri bangsaku dijawab
dengan penandatanganan MOU. Sekian juta mulut anak-anak bangsa ternganga saat
kamu dengan wajah riang pergi pelesir ke luar negeri, sorang anak balita makan
nasi aking mati, karena surat keterangan miskin tidak dimiliki. Rapat kerja
dewan terhormat yang dipaksakan untuk mengejar setoran hanya menjadi debat
kusir, menambah gaduh ruang media public
membuat sibuk kuli tinta yang senang berfantasi, berakhir pada
penggelontoran dana untuk para pemilik modal bermuara pada kas partai. Ini
biaya yang harus dibayar dengan keringat buruh kontrak, pegawai swalayan, dan
penduduk migran.  Bagaimana kebijakan
bisa dijalankan bila kedua belah kakimu terjerat aturan yang kamu ciptakan.
Peraturan adalah mahkota kebersamaan bukan bahasa birokrasi yang tak memiliki
nurani, kering dan miskin kontemplasi. Kamu main-main dengan amanat rakyat yang
kau beli dengan potilik pencitraan memikat.
maka akupun urung menyeduh secangkir kopi tubruk
kesukaan ku
aku tak bisa lagi tertawa
saat badut-badut berdasi bergaya dilayarkaca
karena rasa keadilan semakin pahit untuk di
rasakan, karena tikus-tikus makin rakus menguras kas badan anggaran sementara sang
kucing sudah tidak memiliki selera makan yang baik karena kelebihan berat badan,
transaksi dagang sapi digelar atas nama konstitusi dan itu kamu namakan majlis pengadilan,
tentu setiap barang bukti yang ditemukan punya harga, setiap pasal yang
memberatkan punya harga, setiap saksi yang dihadirkan punya harga. Aku muntah
diatas piring sarapanku menonton opera sabun yang kau pentaskan tidak kunjung
usai, bertele-tele menguras tenaga dan pikiranku. Karena pada setiap kasus yang
kau pilih dengan licik, beraroma tidak sedap menjadi alat tawar dibursa pilpres.
karena untuk membeli kursi kekuasaan ada aturan permainan, untuk mencetak
kantong suara kamu butuh biaya, maka tawar menawar menjadi lumrah dan diniscayakan.
kamu berani berapa ?
aku tak bisa lagi tertawa
saat badut-badut berdasi bergaya dilayarkaca
karena outsourcing dipaksakan menjadi peraturan mengandung racun mematikan,
menjadi belati diam-diam menikam dari belakang, memangkas hak atas
kesejahteraan karyawan, melemahkan perlawanan serikat pekerja. Untuk  menekan biaya perusahaan pos account social
welfare dikalahkan, maka buruh kontrak lahir premature dari rahim kantong
industry teronggok diantara mesin produksi. Dengan tunjangan kesehatan yang
terus ditekan hidup berjalan mengikuti putaran pergantian shift dan lembur
dadakan. Wajahnya yang mengenaskan adalah mimpi buruk peradaban membayangkan
penindasan menetes dari meja persekongkolan penguasa. Untuk mempertahankan
hidup mereka terpaksa berhutang. Menjadi santapan yang diperebutkan rentenir
dan lembaga perkreditan.
maka akupun urung menyeduh secangkir kopi tubruk kesukaan ku

aku tak bisa lagi tertawa
saat badut-badut berdasi bergaya dilayar kaca
karena Pelajar dan Mahasiswa dikarduskan
untuk memenuhi selera pasar maka dengan liar mereka saling berhadapan di halaman
kampus dan ruang belajar. Bangku pendidikan jadi tempat duduk para pesakitan
yang dituduh dan disalahkan. Perpustakaan hanya bilik sunyi tempat rak-rak
dingin sembunyikjan buku penuh debu karena ditinggalkan pembacanya, maka proses
berfikir jadi ruang hampa dan sunyi karena kecerdasan ditimbang dengan neraca
untung rugi dan kemampuan menjawab persoalan ditentukan dengan angka. Darah
mereka menggenang dijalan raya dan shelter pemberhentian busway menggetarkan ruang
udara jantung ibukota kemudian tanpa bisa dibendung meleleh ke pojok-pojok
daerah di Indonesia Raya dalam tajuk diskusi, head line media harian, dan ruang
seminar pendidikan Para pemerhati, mereka meracau tentang karakter bangsa,
metode belajar yang diserap dari akar sejarah asing. Lalu kamu menampungnya
dalam data statistic untuk dibaca dan di diskusikan. Darah para pelajar
menggenang di pikiran dan ingatanku. Kamu bicara apa ?
Aku tak bisa lagi tertawa
Saat badut-badut berdasi bergaya dilayar kaca
Karena kelaparan yang mematikan kau jawab dengan festival kuliner dan
peragaan busana, pembuhuhan masal sengketa tanah kau sembunyikan dan kemiskinan
yang menghisap anak-anak diperbatasan tak menghentikan pengalihan fungsi lahan,
ratusan ribu hektar rimba menguap jadi bancakan raja kecil bermahkota otonomi
daerah karena penebangan liar dilindungi dan penggudulan hutan oleh mata gergaji
tak mau berhenti. Tanah rekah menadah buncahan hujan pada tumpukan sampah
dilemparkan salah. Mana bisa mencetak sawah tanpa ketersediaan irigasi yang
memadai sementara pasokan pupuk dibatasi di bandrol harga fantastic. Tanpa
segan kamu makan batu batu bara, kau tenggak mineral dan minyak, kau telan
emas, timah dan tembaga tanpa malu-malu kau minum uranium. Yang tersisa hanya
tanah yang rekah, untuk kemakmuran Negara entah kamu anugerahkan semua jerih
payah pada tekanan kepentingan asing kamu menyerah. Tambang tua tidak lagi
berproduksi mengurung rumah kumuh buruh pribumi dalam igau mimpi dengan gaji
tidak mencukupi.

Aku tak bisa lagi tertawa
Saat badut-badut berdasi bergaya dilayar kaca
Karena kebodohan di namakan kearifan lokal kau jajakan pada
wisatawan mancanegara dalam paket peristiwa budaya. Tradisi yang tidak memiliki
akar agama akan mencerabut ruh dari materi adalah pintu lebar menuju hancurnya
peradaban manusia. Tahyul dan mitos berceceran dalam kurikulum pendidikan
nasional diruang kerja kantor dinas meretas masuki ruang mimpi anak-anak kita
menyelinap jauh kedalam buku pelajaran sekolah dasar dan menengah terus
membanjiri lembar-lembar silabus perguruan tinggi menjauhkan mata akal kaum
intelektual dari persoalan yang menelikung anak negeri. Ini adalah gerbang
menganga pada penjajahan ideology. Dengan ilusi paham demokrasi kita mentahkan
ayat suci jadi curiga pada Tuhan pencipta alam raya, hidup dan manusia dibumi.
Kemuliaan manusia terletak pada mahkota akalnya maka proses berpikir menjadi
sebuah keniscayaan untuk menemukan hakikat kebangkitan manusia. Dimanakah
kesadaran bersembunyi?

Bogor, 28 September 2012
*Diterbitkan oleh majalah KEMUNING, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor tahun 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Barzanji di mata W.S. Rendra

Sekilas tentang 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata)
= BARZANJI =

Pengarang 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata)
pengarang 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata)  adalah Syekh Ja'far al- Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Dia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Albarzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya sastranya ini lebih dikenal dengan Barzanji darinama pengarang itu sendiri.
Barzanji adalah karya sastra
Barzanji adalah karya sastra yang bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunan, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Karya Sastra yang mengetuk hati W.S. Rendra masuk Islam
Setelah lama tidak naik panggung, Rendra, sang maestro teater Indonesia, akan kembali menunjukkan perannya sebagai sutradara dan pemain di panggung teater. Kali ini, lewat pementasan Shalawat Barzanji, naskah terjemahan Syubah Asa yang pernah dipentaskan 33 tahun silam.
Pementasan Shalawat Barzanji akan digelar selama tiga malam, 12--14 Mei 2003, pukul 20.00 WIB, di Lapangan Tenis Indoor, Senayan, Jakarta. Acara yang diselenggarakan Harian Umum Republika itu dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw.
Shalawat Barzanji, yang pada saat pementasan pada 1970 berjudul Qasidah Barzanji, adalah puisi-puisi pujaan kepada Nabi Muhammad saw yang amat popular di kalangan umat Islam. Sajak-sajak musikal itu disusun oleh Syekh Al-Barzanji.
Pertunjukan saat itu dinilai banyak kalangan menjadi peristiwa budaya besar dan sukses. Sejarah teater Indonesia mencatat pentas Qasidah Barzanji kala itu sebagai pertunjukan tersukses Rendra dengan Bengkel Teaternya, terutama dari segi jumlah penonton.
Ketika keinginan Rendra untuk kembali naik panggung meluap, gayung pun bersambut. Tawaran pentas datang dari Republika untuk memuliakan Nabi Muhammad saw.
Tidak hanya dari sisi kreativitas dan keadaan jiwa seorang Rendra yang menyebabkan pertunjukannya nanti berbeda dengan puluhan tahun silam. Selain monolog Rendra sendiri, Ken Zuraida, istri Rendra, akan bermonolog membawakan kisah seorang perempuan bernama Zaitun yang terketuk hatinya mendengar salawat disyairkan.
Diakui Rendra, naskah ini sebagai salah satu pembuka hatinya terhadap kebenaran Islam. Pada pementasan Qasidah Barzanji Rendra belum menjadi Muslim.
Wassalam


anut

__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PUISI-PUISI DJAHAR MUZAKIR

SYAIR KESADARAN

ah ternyata kucuma bisa menerka
daun gugur satu kuduga dua ternyata tiga
ada yang tak terkabarkan sunyi
ada yang diam-diam mengintip tarikan nafas

ah ternyata kucuma bisa sekata
hari dia bedok tak kutahu siapa
ada yang menggenggam kunci hitam
diam setiap detik mengancam

ah ternyata kucuma bisa terima
kumau ini diberi itu
ada yang menebarkan ransom malam-malam
ada yang tak bisa kubujuk tipu

2003


SETELAH MELANGKAH

setelah melangkah menempuh belantara cahaya
kutiba juga didermaga tua
tiang-tiangnya rapuh
dan jalan papannya yang menjulur kelaut
sepertinya sudah teramat lemah
bertahun-tahun jadi pangkalan
nasib baik atau buruk disitu ditentukan
sebelum melompat
tepat dikapal cepat atau tenggelam dan terlupakan

pelan-pelan kutapaki papan berkeriutan
pelan-pelan
kusambut kesinaraan

2003

Biografi Djahar Muzakir.
Nama Lahir tgl 5 Maret 1963 di Bogor dengan nama lengkap Djahar Muzakir. Menamatkan jenjang S1 jurusan Bahasa dab Sastra daerah Fak. Sastra UNPAD tahun 1988.Menulis Puisi, cerpen dan artikel sejak SMA. Karyanya dimuat di berbagai media massa Lokal Jawa Barat dan nasional, diantaranya harian Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Pelita, Berita Buana, Bernas (Yogyakarta), Banjarmasin Pos, Majalah Nona, Aneka; dsb. Tahun 2003-2004 menulis dua novel berjudul Hisap, Hisap racun Jakarta dan Imperium diujung tanduk yang dimuat secara bersambung di harian Warta Kota (Jakarta). Pernah memimpin Koran Bogor- media informasi dan iklan yang disebarkan secara gratis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KUMPULAN PUISI GUNUNG SUKATON

Biodata :
Saat ini Gunung Sukaton aktif sebagai Pembina di Yayasan Pendidikan Islam Telaga Kautsar yang didirikannya sejak tahun 2008 bersama teman-teman seperjuangannya. Sejak tahu 2007 tercatat sebagai pendidik di beberapa Sekolah Islam Terpadu, Bogor sebagai pembina Ekskul Menggambar. Karya sastra yang belum sempat diterbitkan adalah Kumpulan Sajak Ayam Jago, dan Kumpulan puisi Perih.




ISTIGHFAR

Astaghfirullah
iman kita ini
ditakar dengan secangkir kopi
dan sepiring nasi
mengerang sepanjang siang
ingin bersetubuh dengan nafsu
berusaha senggama dengan amarah

Astahfirullah
iman kita ini
setara dengan sepotong kemeja
dan setumpuk kerja
menggeliat setiap saat
ingin melafadzkan asmaul husna
tapi tak fana
berusaha bersekutu deng dzat MU
tapi tak tawadlu

Astaghfirullah
iman kita ini
ternyata berhadapn dengan angka
adu tender proyek raksasa
jadi tampak kumal
dilabeli nilai-nilai nominal
harganya sama dengan seonggok gombal

Astaghfirullah
iman kita adalah
budak nafsu yang mudah mengalah
tidak bisa berkata sudah !
pada tawaran hidup mewah
seringkali bertambah serakah
pada kedudukan basah

Astaghfirullah
iman kita adalah
kulit bawang dibibir pedang
adalah kulit ari diujung duri
tergeletak dibawah tanah
tersesat tanpa petunjuk arah
kerontang dilautan pasir
getas diranting kering
faghfirliy,
fainnahu,
la yaghfirudz dzunuuba
illa anta



SEBUAH SUNGAI DI NEGERI KHALTULISTIWA

sungai itu mengalir kuat
dari benak pemikir hebat
mereka berbincang tentang harkat
benang merah dan hakikat
pada samudra yang menggelegak
semuanya bermuara

aku menangkap sebuah gelagat
akan datang air bah yang sangat dahsyat
"siapkan segera perahu Nuh !"
kita akan berlayar sangat jauh
tanah para wali ini sudah terlalu riuh
anak-anak nabi sudah sangat sibuk saling tuduh
mereka jadi sangat gemar membunuh

berkacalah negeri khatulistiwa
pada zaman yang sedang meronta
hari-hari padat dengan pergolakan manusia
ke samudera mana sungai akan bermuara
membawa "perahu Nuh" yang luka
tumpukan kekecewaan dan sedikit asa
sudah sampai dimana kita mengembara
memikul beban amanah
mengalirkan perahu yang semakin sarat
gelombang badai sudah dekat
mungkin kita tidak akan sempat
mencapai bukit terdekat
karena pasangan yang kita muat
sudah sangat sekarat

mereka tidak bisa lagi diharapkan
membangun tatanan baru yang lebih mapan
penyakit yang diderita sudah dangat mengkhawatirkan
masa depan kita tidak bisa kita bayangkan
anak-anak kitalah yang akan melanjutkan

Sirnagalih, 18 Desember 1999


TAHAJUD

Ada kerinduan yang tidak pernah tuntas dalam setiap sujudku
pada tajjali=MU
untuk menghirup udara ma'rifat
dalam kesunyian tahajud
tapi relung jiwa ini terasa sesak
menampung gelombang yang setiap waktu menggelombang
maka ampunilah aku

Pasang surut iman menelantarkan maqom
sejuta peristiwa tidak cukup meredam
pertumbuhan belantara subhat yang kelam
semangat yang terkikis dan dendam
lalu kegetiran dan diam-diam waktu menikam
keterpurukan ummat dalam kebersamaan
menciptakan warna kusam dalam ingatan

Ketika taklid menjadi pilihan beragama
kerinduanku teraniaya sudah
karena shalawat tidak bermakna cinta
karena doa tidak melahirkan taqwa
karena peribadatan menjadi bianglala
sayap azan patah diudara resah
terbukalah beribu pintu dunia
menuju pekat gelita
dimana Engkau tidak lagi esa
aku terperangah seketika
mereka berlomba-lomba menyeretku kedalam khutomah

Nopember '99

KADO
(untuk Yana WS)

Pesan yang aku titipkan, mungkin
tidak pernah sampai padamu
karena salah memberi arti
atau ganti rupa jadi wajah lain
yang mungkin menakutkan

Untuk kali ini
cobalah mengerti
matahari tidak akan punya arti
sebelum bertemu wajah bumi
cahaya manabisa punya makna
tanpa berjumpa dengan gelap

Api punya semangat
semangat punya harapan
harapan punya penantian
penantian punya hidup
hidup punya aku
aku punya Tuhan, Tuhan menciptakan engkau
engkau ...........

Sudahlah bersihkan tanganmu
dari poly ressin filler
tinggalkan sesaat modeling dan casting
atau copper electroplated
dan las patri

Bila esok aku ketuk pintumu
bukan lagi suara serakmu
menyelinap dari lubang kunci
tapi dinamika sosok yang sejati

Desember '98

MENCARI TAUHID

Aku kira engkau Tuhan
ternyata hanya sebuah mitos kekuasaan
aku sangka engkau cahaya
ternyata hanya sebuah kemilau dunia
aku rasa malam
ternyata gelap hatiku kehilangan kalam

Waktu berjalan, zaman berganti
manusia bertambah meniti geberasi
tapi angin
tapi air
tapi udara
bumi ini laut ini, antariksa dan
galaksi lalu tata surya
bima sakti dan ebola
lalu flora dan fauna
laut serta isinya
hutan dan kandungannya
sungai batu dan debu adalah semesta
semuanya berdesak-desakan dalam ingatan
masing-masing menuntut pemecahan
masing-masing saling membukakan jalan

Kulalui perjalanan ruhani
sepi sendiri
diantara pusaran cepat
angin perubahan bagai topan
aku meraba menduga dan terus mencari
dalam hingar bingar taklid
dan gelap subhat
hasbunallah wani'mal wakil
selamatkanlah sekerat daging ini

Nopember '99


BILA NANTI

Dik !
bila nanti
desis bus antar kota
telah membawamu pergi
jauh dari kota ini
kemudian perjalanan waktu
dengan pasti mengaburkan
gambaran wajahku dihatimu
dekaplah semua jejak yang
telah jadi kenangan
lalu semayamkan dalam hatimu
jangan lagi engkau tergoda
untuk menoleh
pada lambayan hatiku yang rawan

Semua senja akan sama
memantulkan kehampaan yang engkau bawa serta
tentu karena semburat cahaya
sudah terlanjur engkau biaskan
mewarnai lukisan maya dipadang jiwa

Tetaplah begitu
aku ingin engkau pelihara
rahasia gelombang yang terkapar diceruk hati
harapan hidupmu yang remaja
ingin kutaburi dengan sejuta warna
tapi untaian waktu begitu rentan
putus pada simpul yang tidak aku duga

Dik !
bila nati
hiruk pikuk terminal kota
menyambut letihmu
rengkuhlah semua wajah yang
sudah lelah menunggu
karena itu adalah wajah rinduku
memantul dari keraguan hatimu

Pada saat itu aku berharap
engkau dapat memberi makna
senja dihatiku
ketika engkau kusuguhi semeja diam
itu adalah sajian terbaik
dari kedewasaan sikap
ah ...pasti engkau mengerti !

Juni '99


TIMOR TIMUR

Setelah engkau lepaskan pelukanmu
dari haribaan nusantara
untuk memilih panji-panji sendiri
maka garuda melayang diuadara kepayahan
sehelai bulunya dicabut kekuatan asing
untuk kepentingan siapa

Lorosae...Lorosae
pertemuan kita adalah luka sejarah
pertumpahan darah abadi sepanjang zaman
akan terus berulang lagi
engkau hanya semburat warna kusam
dari medan pertempuran peradaban
sudah tertulis itu dengan tinta airmata

Lalu bagaimana lagi hatimu dapat kusentuh
ketika pembantaian masal engkau namakan perlindungan
perang saudara engkau hembuskan dan
perbedaan pendapat jadikan bara
maka aroma kematian merebak
dari sekelompok pengungsi kelaparan

Lorosae...Lorosae
kebersamaan kita telah lama usai
tidak dapat dipaksakan dengan kekuatan senjata
ataupun mitos tentara gabungan
kebencian yang dipupuk lewat hitungan masa
telah melumpuhkan mesin kota

Bumi Lorosae terpedaya
dan kota Dili mati
kedamaian tidak dapat digantungkan kepentingan
karena bahasa kekuasaan selalu bernuansa kelabu
kebinasaan tidak dapat ditunda
ini adalah tanda zaman yang renta
dimakan tipu daya

September '99


BULAN DIATAS JAKARTA

Diatas Jakarta yang hingar
lampu-lampu mercuri
jalan layang dan pejalan kaki
seperti bola mainan anaku
warnanya orange labih pudar
ditendang masuk kekolong jembatan



Diantara neon sign billboard berukuran raksasa
engkau sembunyi separuh lagi masih terlihat
cahayamu pucat ditelan kemilau lampu jalan
bagaikan beribu kunang-kunang
merambati jala-jalan kota

Lebih kepinggir sedikit
berceriteralah sekelompok pedagang asongan
tentang cahaya bulan yang pernah menyelinap
masuk dinding rumah bambu dikampungnya

Di Jakarta yang selalu bingar
bulan disundul kondominium
berlantai entah berapa ratus
bayangannya jatuh menimpa titk-titik cahaya
entah kendaraan bermotor hasil mencuri
atau mobil pribadi dapat korupsi

Kepinggir bodoh !, ini Jakarta !

Terkurung gedung-gedung perkantoran
tiang-tiang peyangga beton
para pemburu waktu dan keterasingan
ditabrak sorot lampu ambulance
cahaya bulan semakin loyo

Sampai ditepi kota
perbedaan semakin tajam
pisau belati diudara kebingungan
anak-anak gamang ditepi jalan
udara malam menggigit kulit kaum urban
kelompok marginal yang menjadi denyut metropolitan
warna kemiskinan yang terus dipulas kekerasan
racun dan penipuan

Meskipun oleng bulan terus berlayar
dilautan udara Jakarta
menyaksikan setiap gerak
setiap perubahan
melengkapi warna malam

September '97


PANTAI ANYER

Disini hanya ada angin laut, gelombang
dan terumbu karang
kapan akan menyisir perahu tua
sedang layar tidak lagi berkembang
tiang-tiangnya patah
lampu-lampu badai sudah lama padam
pukat dan jala jadi cendera mata

Laju ombak terhalang perahu wisata
deru motor boat menggantikan teriakan para nelayan
anak-anak pantai jadi lesu mengusung harapan
yang tidak mungkin lagi datang
pantai sudah menjadi keranjang sampah terbesar

O hangatnya rumah-rumah peristirahatan
gemuruh mesin pencetak wisatawan
arus sungai para pendatang
menyerang bagai gelombang
mengangkut sampah segala macam kebisingan
gelisah mengangkut kotoran
kantong-kantong maksiat ditepi jalan

Segala keindahan ini akan rusak pasti
semua ini bukan milik kami
kecipak ikan tidak akan terdengar lagi
senandung para nelayan
hanya igauan para pedagang cenderamata
ditenda-tnda keterasingan
mengurung pantai yang sekarat
hidup kami sudah ditukar
petualangan pencari ikan selesai sudah
sekarang tinggal ceritera

September '97

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KOTAKU

Anak-anak kecil dekil tak memakai baju
bercanda riang dijalan tak mengenal waktu
jam dua siang diterminal Baranang siang

Debu jalan melekat di sekujur tubuhnya
bercampur dengan keringat dan asap biskota
mereka tak kenal rasa duka

Sementara sebagian dari kita
tak peduli pada nasib mereka
menghamburkan harta entah dari mana
semua terjadi di depan mata

Mereka ada disimpang jalan
mencoba yakini jalan yang dilalui
mereka ada disimpang kehidupan
mencoba meraih mimpi yang kian tak pasti

Ruang gerakmu yang sempit
terasa semakin sulit
karena beban hidup terasa semakin menghimpit
jalan hidupmu yang panjang
penuh rintangan menghadang
kapitalisme menyerang engkau jatuh dan terlentang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS